Istimewanya Puasa Sunnah

Wahai saudaraku
Bersemangatlah Shaum Sunnah…

Shaum Sunnah Amalan Spesial Untuk Allah Swt !

Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda,
“Setiap amalan kebaikan yg dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yg semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Taala berfirman (yg artinya), Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yg akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yg berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yg berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain dikatakan,
“Allah Taala berfirman (yg artinya), Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku.” (HR. Bukhari)

Dalam riwayat Ahmad dikatakan,
“Allah azza wa jalla berfirman (yg artinya), Setiap amalan adalah sebagai kafaroh/tebusan kecuali amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri yg akan membalasnya.” (HR. Ahmad.)

istimewanya puasa sunnah

Dari riwayat pertama, dikatakan bahwa “setiap amalan akan dilipatgandakan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kebaikan yg semisal. Kemudian dikecualikan amalan puasa. Amalan puasa tidaklah dilipatgandakan seperti tadi. Amalan puasa tidak dibatasi lipatan pahalanya. Oleh karena itu, amalan puasa akan dilipatgandakan oleh Allah hingga berlipat-lipat tanpa ada batasan bilangan.”

Pahala yg Tak Terhingga Bagi Orang yg Berpuasa

Kenapa bisa demikian? Ibnu Rajab Al Hambali semoga Allah merahmati beliau- mengatakan, “Karena puasa adalah bagian dari kesabaran. Mengenai ganjaran orang yg bersabar, Allah Taala berfirman, “Sesungguhnya hanya orang-orang yg bersabarlah yg dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10). Al Auzai mengatakan, “Pahala bagi orang yg bersabar tidak bisa ditakar dan ditimbang. Mereka benar-benar akan mendapatkan ketinggian derajat.” As Sudi mengatakan, “Balasan orang yg bersabar adalah surga.”

Amalan Puasa Khusus untuk Allah

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Allah Taala berfirman, “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku.” Riwayat ini menunjukkan bahwa setiap amalan manusia adalah untuknya. Sedangkan amalan puasa, Allah khususkan untuk diri-Nya. Allah menyandarkan amalan tsb untuk-Nya.

Sebab Pahala Puasa, Seseorang Memasuki Surga

Lalu dalam riwayat lainnya dikatakan, “Allah azza wa jalla berfirman (yg artinya), Setiap amalan adalah sebagai kafaroh/tebusan kecuali amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku.”

Sufyan bin Uyainah mengatakan, “Pada hari kiamat nanti, Allah Taala akan menghisab hamba-Nya. Setiap amalan akan menembus berbagai macam kezholiman yg pernah dilakukan, hingga tidak tersisa satu pun kecuali satu amalan yaitu puasa. Amalan puasa ini akan Allah simpan dan akhirnya Allah memasukkan orang tsb ke surga.”

Puasa adalah perisai dari api neraka

Rasulullah saw bersabda,
“Puasa adalah perisai yg dapat melindungi seorang hamba dari api neraka.”

Amalan puasa akan memberikan syafaat bagi orang yg menjalankannya

Rasulullah saw bersabda,
“Amalan puasa dan amalan Al Quran itu akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti. Amalan puasa akan berkata, Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat, karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafaat kepadanya. Dan amalan Al Quran pula berkata, Saya telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya. Beliau bersabda, Maka syafaat keduanya diperkenankan.”

Bagi orang yg berpuasa akan disediakan pintu surga Ar Royyan

Sahl bin Sad ra berkata, Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yg bernama Ar-Royyaan. Pada hari kiamat orang-orang yg berpuasa akan masuk surga melalui pintu tsb dan tidak ada seorang pun yg masuk melalui pintu tsb kecuali mereka. Dikatakan kepada mereka, Di mana orang-orang yg berpuasa? Maka orang-orang yg berpuasa pun berdiri dan tidak ada seorang pun yg masuk melalui pintu tsb kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, pintu tsb ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yg masuk melalui pintu tsb.”

Masya Allah.
Baginda Nabi SAW junjungan kita senantiasa mengingatkan, menguatkan kita shaum senin kamis.
Maka, bagi pemimpin umat masa depan tak ada kata lain, kecuali mengikuti jejak amal Beliau…

🕋🕋🕋🕋🕋

Tak ada kisah penyiapan karakter sikap mental pemimpin Islam di sepanjang kisah emas peradaban Islam kecuali di dalamnya ada biah sholihah shaum sunnah, sholat tahajjud, sholat dhuha dan tadarrus…

Ayo Sumangat karena Allah Swt
✊✊✊

Disalin dari postingan teman di WA grup

Semua bergantung pada bagaimana cara pandangmu

Selalu ada cara untuk bersyukur, dan itu sepenuhnya bergantung pada pilhanmu, dengan cara apa engkau memandang sesuatu.

Ini kisah seorang penulis buku terkenal duduk di ruang kerjanya… dia mengambil penanya… dan mulai menulis :

“Tahun lalu… saya harus dioperasi untuk mengeluarkan batu empedu. Saya harus terbaring cukup lama di ranjang….

Di tahun yang sama, saya berusia 60 tahun dan memasuki usia pensiun…, keluar dari pekerjaan di perusahaan yang begitu saya senangi… saya harus tinggalkan pekerjaan yang sudah saya tekuni selama 35 tahun…

Di tahun itu juga saya ditinggalkan ayah yang tercinta…

Kemudian… masih di tahun yang sama, anak saya gagal di ujian akhir kedokteran, karena kecelakaan mobil. Biaya bengkel akibat kerusakan mobil adalah puncak kesialan di tahun lalu…”

Di bagian akhir dia menulis:

Sungguh… tahun yang sangat buruk!

Istri sang penulis masuk ke ruangan dan mendapati suaminya yang sedang sedih dan termenung… Dari belakang, sang istri melihat tulisan sang suami. Perlahan-lahan ia mundur dan keluar dari ruangan…

15 menit kemudian dia masuk lagi dan meletakkan sebuah kertas berisi tulisan sebagai berikut :

“Tahun lalu… akhirnya suami saya berhasil menyingkirkan kantong empedunya yang selama bertahun-tahun membuat perutnya sakit…

Di tahun itu juga… saya bersyukur, suami bisa pensiun dengan kondisi sehat dan bahagia. Saya bersyukur kepada TUHAN, dia sudah diberikan kesempatan berkarya dan berpenghasilan selama 35 tahun untuk menghidupi keluarga kami

Sekarang, suami saya bisa menggunakan waktunya lebih banyak untuk menulis, yang merupakan hobinya sejak dulu…

Pada tahun yang sama…, mertua saya yang berusia 95 tahun… tanpa sakit apa-apa telah kembali kepada Tuhan dengan damai dan bahagia….

Dan masih di tahun yang sama pula… Tuhan telah melindungi anak saya dari kecelakaan yang hebat… Mobil kami memang rusak berat akibat kecelakaan tersebut…, tetapi anak saya selamat tanpa cacat sedikit pun…”

Pada kalimat terakhir istrinya menulis :

“Tahun lalu…. adalah tahun yang penuh berkah yang luar biasa dari Tuhan…. dan kami lalui dengan penuh rasa takjub dan syukur…”

Sang penulis tersenyum haru…, dan mengalir air mata hangat di pipinya… Ia berterimakasih atas sudut pandang berbeda untuk setiap peristiwa yang telah dilaluinya tahun lalu… Perspektif yang berbeda telah membuatnya bahagia…

Sahabat, di dalam hidup ini kita harus mengerti bahwa bukan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur. Namun rasa syukurlah yang akan membuat kita bahagia. Mari kita berlatih melihat suatu peristiwa dari sudut pandang positif dan jauhkan rasa iri di dalam hati.

Kita dapat mengeluh karena semak mawar memiliki duri, atau bersukacita karena semak duri memiliki mawar..
We can complain because rose bushes have thorns, or rejoice because thorn bushes have roses.
(Abraham Lincoln)


Selamat menjalani hari ini dengan penuh rasa syukur, karena Allah SWT masih beri kita kesempatan untuk hidup, masih ada kesempatan untuk menambah taat kepada Allah SWT dan menebar manfaat dan kebaikan kepada sesama mahluk Allah, sebagai bekal kembali kepadaNya

Wassalamualaikum

Photo by Snapwire on Pexels.com

Teguhkan Yakinmu dalam Berdoa

Assalaamu ‘alaikum

“Janganlah membuatmu putus asa dalam mengulang doa-doa, ketika Allah menunda ijabah doa itu“

Ibnu Athaillah as-Sakandari mengingatkan kepada kita semua agar kita tidak berputus asa dalam berdoa.Mengapa demikian? Karena nafsu manusia seringkali muncul ketika Allah menunda ijabah atau pengabulan doa-doa kita. Dalam kondisi demikian manusia seringkali berputus asa, dan merasa bahwa doanya tidak dikabulkan. Sikap putus asa itu disebabkan karena manusia merasa bahwa apa yang dijalankan melalui doanya itu, akan benar-benar memunculkan pengabulan dan Allah.Tanpa disadari bahwa ijabah itu adalah Hak Allah bukan hak hamba. Dalam situasi keputusasaan itulah hamba Allah cenderung mengabaikan munajatnya sehingga ia kehilangan hudlur (hadir) bersama Allah.

Dalam ulasannya terhadap wacana di atas, Syekh Zaruq menegaskan, bahwa tipikal manusia dalam konteks berdoa ini ada tiga hal:

Pertama, seseorang menuju kepada Tuhannya dengan kepasrahan total, sehingga ia meraih ridha-Nya. Hamba ini senantiasa bergantung dengan-Nya, baik doa itu dikabulkan seketika maupun ditunda. la tidak peduli apakah doa itu akan dikabulkan dalam waktu yang panjang atau lainnya.

Kedua, seseorang tegak di depan pintu-Nya dengan harapan penuh pada janji-Nya dan memandang aturan-Nya. Hamba ini masih kembali pada dirinya sendiri dengan pandangan yang teledor dan syarat-syarat yang tidak terpenuhi, sehingga mengarah pada keputusasaan dalam satu waktu, namun kadang-kadang penuh harapan optimis. Walaupun hasratnya sangat ringan, toh syariatnya menjadi besar dalam hatinya.

Ketiga, seseorang yang berdiri tegak di pintu Allah namun disertai dengan sejumlah cacat jiwa dan kealpaan, dengan hanya menginginkan keinginannya belaka tanpa mengikuti aturan dan hikmah. Orang ini sangat dekat dengan keputusasaan, kadang-kadang terjebak dalam keragu-raguan, kadang-kadang terlempar dijurang kebimbangan. Semoga Allah mengampuninya.

Syekh Abu Muhammad Abdul Aziz al-Mahdawi mengatakan, “Siapa pun yang tidak menyerahkan pilihannya dengan suka rela kepada Allah Ta’ala, maka orang tersebut terkena istidraj (sanjungan yang terhinakan). Orang tersebut termasuk golongan mereka yang disebut oleh Allah: Penuhilah kebutuhannya, karena Aku benci mendengarkan keluhannya.” Tetapijika seseorang memasrahkan pada pilihan Allah, bukan pilihan dirinya, maka otomatis doanya telah terkabul, walaupun beium terwujud bentuknya. Sebab amal itu sangat tergantung pada saat akhirnya.

“Allahlah yang menjamin ijabah doa itu menurut pilihan-Nya padamu, bukan menurut pilihan seleramu, kelak pada waktu yang dikehendaki-Nya, bukan menurut waktu yang engkau kehen-daki.”

Seluruh doa hamba pasti dijamin pengabulannya. Sebagaimana dalam firman Allah :

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan bagimu. “

Allah menjamin pengabulan itu melalui janji-Nya. Janji itu jelas bersifat mutlak. Hanya saja dalam ayat tersebut Allah tidak menfirmankan dengan kata-kata, “menurut tuntutanmu, atau menurut waktu yang engkau kehendaki, atau menurut kehendakmu itu sendiri.”

Dalam hadits Rasutullah SAW bersabda: “Tak seorang pun pendoa, melainkan ia berada di antara salah satu dari tiga kelompok ini: Kadang ia dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau ditunda (pengka-bulannya) demi pahalanya, atau ia dihindarkan dari keburukan yang menimpanya.” (HR. Imam Ahmad dan AI-Hakim).

Dalam hadits lain disebutkan, “Doa di antara kalian bakal di ijabahi, sepanjang kalian tidak tergesa-gesa, (sampai akhirnya) seseorang mengatakan, “Aku telah berdoa, tapi tidak diijabahi untukku. “ (HR. Bukhari-Muslim)

Dalam menafsiri suatu ayat “Telah benar-benar doa kalan berdua di ijabahi” maksudnva baru 40 tahun diijabahi doanya. Menurut Syekh Abul Hasan asy-Syadzili, perihal firman Allah: “Maka hendaknya kalian berdua istiqamah”, maksudnya adalah “tidak tergesa-gesa”. Sedangkan ayat, “Dan janganlah kalian mengikuti jalannya orang-orang yang tidak mengetahui”, maksudnya adalah orang-orang yang menginginkan agar disegerakan ijabah doanya. Bahwa ijabah doa itu diorientasikan pada pilihan Allah, baik dalam bentuk yang riil ataupun waktunya, semata karena tiga hal:

Pertama, karena kasih sayang dan pertolongan Allah pada hamba-Nya. Sebab Allah Maha Murah, Maha Asih dan Maha Mengetahui. Dzat Yang Maha Murah apabila dimohon oleh orang yang memuliakan-Nya, ia akan diberi sesuatu yang lebih utama menurut Kemahatahuan-Nya. Sementara seorang hamba itu pada dasarnya bodoh terhadap mana yang baik dan yang lebih bermashlahat. Terkadang seorang hamba itu mencintai sesuatu padahal sesuatu itu buruk baginya, dan terkadang ia membenci sesuatu padahal yang dibenci itu lebih baik baginya. Inilah yang seharusnya difahami pendoa.

Kedua, bahwa sikap tergantung pada pilihan Allah itu merupakan sikap yang bisa mengabadikan hukum-hukum ubudiyah, di samping lebih mengakolikan wilayah rububiyah. Sebab manakala suatu ijabah doa itu tergantung pada selera hamba dengan segala jaminannya, niscaya doa itu sendiri lebih mengatur Allah. dan hal demikian suatu tindakan yang salah.

Ketiga, doa itu sendiri adalah ubudiyah. Rahasia doa adalah menunjukkan betapa seorang hamba itu serba kekurangan. Kalau saja ijabah doa itu menurut keinginan pendoanya secara mutlak, tentu bentuk serba kurang itu tidak benar. Dengan demikian pula, rahasia taklif (kewajiban ubudiyah) menjadi keliru, padahal arti dari doa adalah adanya rahasia taklij’itu sendiri. Oleh sebab itu, lbnu Athaillah as-Sakandari menyatakan pada wacana selanjutnya:

“Janganlah membuat dirimu ragu pada janji Allah atas tidak terwujudnya sesuatu yang dijanjikan Allah, walaupun waktunya benar-benar nyata.”

Maksudnya, kita tidak boleh ragu pada janji Allah. Terkadang Allah memperlihatkan kepada kita akan terjadinya sesuatu yang kita inginkan dan pada waktu yang ditentukan. Namun tiba-tiba tidak muncul buktinya. Kenyataan seperti itu jangan sampai membuat kita ragu-ragu kepada janji Allah itu sendiri. Allah mempunyai maksud tersendiri dibalik semua itu, yaitu melanggengkan rububiyah atas ubudiyah hamba-Nya.

Syarat-syarat ijabah atasjanji-Nya, terkadang tidak terpenuhi oleh hamba-Nya. Karena itu Allah pun pernah menjanjikan pertolongan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW dalam perang Uhud dan Ahzab serta memenangkan kota Mekkah. Tetapi Allah menutupi syarat-syarat meraih pertolongan itu, yaitu syarat adanya sikap “merasa hina” di hadapan Allah yang bisa menjadi limpahan pertolongan itu sendiri. Sebab Allah berfirnian dalam At-Taubah: “Allah benar-benar menolongmu pada Perang Badar, ketika kamu sekalian merasa hina “.

Kenapa demikian? Sebab sikap meragukan janji Allah itu bisa mengaburkan pandangan hati kita terhadap karunia Allah sendiri. As-Sakandari meneruskan:

“Agar sikap demikian tidak mengaburkan mata hatimu dan meredupkan cahaya rahasia batinmu”.

Bahwa disebut di sana padanya pengaburan mata hati dan peredupan cahaya rahasia batin, karena sikap skeptis terhadap Allah itu, akan menghilangkan tujuan utama dan keleluasaan pandangan pengetahuan dibalik janji Allah itu.

Dicopas secara utuh dari Blog ini

Amnesia Spritual


*AMNESIA SPIRITUAL*
_Oleh Abu Sangkan_

Manusia disebutkan dalam hadits sebagai _*al-insaan mahalul khata’ wan nisyan*_, yakni manusia adalah makhluk pelupa. Atau bisa dikatakan manusia memiliki kesadaran terbatas. Maka dari itu, Allah menurunkan _*Adz-Dzikra*_, nama lain dari Al-Qur’an yang berarti pengingat atau peringatan bagi kaum yang lupa (tidak sadar). Dalam uraian ini saya ingin mengingatkan kembali dari ketidaksadaran ini menjadi sadar kembali tentang siapa diri kita sebenarnya. Mengapa hal ini penting dibicarakan? Karena memang kita sudah lupa dari mana kita berasal, kita sudah lupa pulang ke asal kita. Setelah kita hidup selama puluhan tahun di muka Bumi ini, kita bingung bagaimana caranya kembali pulang ke hadirat Allah Swt.

Kita sudah sering mendengar ada kehidupan sesudah mati, yaitu kehidupan di akhirat. Kita sering merenungkan seperti apakah keadaan di akhirat kelak. Banyak informasi melalui kitab-kitab suci tentang keadaan di surga maupun di neraka dengan gambaran-gambaran yang indah atau menakutkan. Gambaran-gambaran tadi, pada prinsipnya, otak kita tidak pernah menjangkau kenyataan yang sebenarnya. Karena memang keadaan di sana bukan wilayah indrawi kita. Namun untuk memberikan gambaran-gambaran bagi manusia, Allah memberikan pendekatan persepsi yang bisa dipikirkan oleh gambaran otak manusia yang terbatas, adanya sungai-sungai mengalir, buah-buahan yang segar. Padahal Allah akan menjelaskan sesuatu yang belum pernah ada data yang diterima oleh akal dan otak manusia. Karena itu, sering Al-Qur’an mengungkapkan kenikmatan akhirat menggunakan bahasa perumpamaan. Karena tidak mungkin menjelaskan sesuatu yang tidak mungkin ada perbandingannya.

Masih ingatkah kita keadaan dan kehidupan sebelum lahir? Jarak yang paling dekat dengan kehidupan kita sekarang adalah kehidupan di alam rahim. Kita berada di dalam perut ibu selama sembilan bulan. Kalau seandainya kita tidak mendapatkan informasi akan kelahiran serta pengetahuan kehidupan di dalam rahim ibu, mungkinkah Anda percaya di sana kita pernah tinggal selama sembilah bulan? Di sana kita bisa hidup, makan dan minum. Cara makan dan minum didalam rahim berbeda dengan cara kita sekarang. Disana kita bisa makan dan minum tanpa harus bekerja. Makanan selalu tersedia siang dan malam tanpa pernah habis. Makan pun tidak perlu dikunyah, tidak pakai mulut, tetapi melalui pusar. Mungkin kedengarannya aneh, makan kok melalui pusar.

Image may contain: text

Apa bayangan Anda jika tidak ada pengetahuan mengenai hal ini? Padahal kenyataan itu pernah kita alami. Kita bisa mengerti dan memahami akan kehidupan sebelum ini karena teknologi sudah banyak memberikan informasi kehidupan di alam rahim. Jika tidak, pastilah tidak pernah terbayangkan ada kehidupan sebelum ini. Sebagaimana halnya sekarang, kita membayangkan akan adanya kehidupan setelah kematian, atau kita belum bisa membayangkan, bahwa kita pernah bersama para ruh di hadapan Allah berucap dan bersaksi adanya Allah secara langsung. Dan kita pernah mengemban tugas dari Tuhan yang Maha Mulia dan kita menyanggupinya. Pada saat pertemuan dengan Allah di alam azaly pastilah saya menyadarinya dan mengalaminya langsung. Namun, sekarang sudah lupa seperti apa berjumpa dengan Tuhan Yang Maha Mulia, Yang Maha Misterius wujud-Nya dan Maha Sulit pikiran-pikiran-Nya.

Batasan ingatan kita akan peristiwa kesadaran hanya samar-samar ketika di usia dua tahun. Kita tidak ingat pernah dilahirkan oleh seorang ibu. Seandainya Anda tidak diberi informasi sampai sekarang oleh siapa Anda dilahirkan, kita tidak tahu siapa ibu kita yang sebenarnya. Kita tidak ingat pernah digendong kerabat dekat waktu itu. Padahal kita hidup dan aktif layaknya bayi pada umumnya. Sebelum dilahirkan kita juga tidak tahu mau ke mana kita pergi setelah sembilan bulan di dalam kandungan. Juga tidak terbayang akan kehidupan yang akan kita jalani nanti setelah dilahirkan. Seandainya mengerti, bahwa hidup di dunia sulit penuh perjuangan, makan harus mencari dan bekerja keras untuk mendapatkannya, mungkin kita akan takut dan ngeri hidup di dunia ini. Apalagi kalau dibandingkan dengan kehidupan di alam rahim yang serba enak tanpa harus melakukan pekerjaan apa-apa.

Sekarang, walaupun di dunia serba sulit dan penuh perjuangan, ternyata kita juga takut mati karena belum terbayang seperti apa hidup sesudah ini. Padahal kita pasti mati. Kita lupa atas kehidupan kita yang lalu, dan kita juga tidak tahu akan kehidupan setelah ini. Lalu mengapa pula kita berada di sini sekarang dengan kehidupan yang serba sulit dan penuh dengan persaingan ketat? Apa yang dicari sebenarnya dalam hidup dengan rentang waktu yang serba cepat dan pendek? Kejar-kejaran seolah ingin meraih sesuatu yang tidak ada batasnya. Mengumpulkan harta benda untuk persiapan hidup seribu tahun yang akan datang.

Kalau kita tidak tahu apa maksud dan tujuan hidup di dunia, sebenarnya kita akan menjadi bulan-bulanan kehidupan sampai akhirnya kita kelelahan dan kebingungan mau diapakan harta sebanyak ini. Kesempatan untuk menikmati hasil kerja keras itu juga tidak akan mampu kita lakukan dengan baik. Tubuh kita sudah semakin lemah dimakan usia. Kenikmatan tidak akan kita peroleh karena seluruh kondisi tubuh kita sudah semakin tidak mampu lagi merasakan kenikmatan makanan, minum, tidur, dan mengendarai mobil serta bertamasya ke seluruh dunia. Akankah kita masih bingung? Padahal tubuh yang semakin renta dan tidak kuasa apa-apa telah menunjukkan tanda-tanda, bahwa kita akan segera meneruskan perjalanan menuju alam yang baru, yaitu mati!

Kita sudah lupa yang berarti kita tidak sadar. Secara kejiwaan hal ini berarti kita tidak berada pada apa yang kita pikirkan dan menyadarinya. Kesadaran adalah tingkat _”tahu”_ seseorang akan keberadaannya, serta menyadari siapa dirinya dan mau ke mana ia harus berjalan atau bertujuan. Tahu dari mana kita berasal, sehingga kita tiba-tiba berada di sini. Kita _”ada”_ bukan muncul begitu saja atas kesadaran sendiri dan kehendak sendiri.

Batasan kesadaran dan ingatan kita ke belakang _(past life)_ hanya mampu untuk mengingat sampai pada usia 5 tahun. Itupun masih samar-samar. Kita baru sadar dan menyadari setelah kita mendapatkan informasi dari orang di sekitar kita dan pengetahuan yang kita baca atau foto-foto masa kecil kita. Begitu pula dengan kesadaran ke depan, kita tidak tahu apa yang akan terjadi terhadap kehidupan kita nanti. Kesadaran ke depan hanya bisa kita kira-kira dan prediksi dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki.

Kesadaran yang kita rasakan sekarang adalah bentukan dari informasi yang diterima oleh otak kita. Kenikmatan yang kita rasakan sekarang masih berupa kenikmatan kimiawi dan ketidakstabilan sistem konduksi pada saraf kita. Kita semakin tahu kenyataan, bahwa kesadaran yang kita rasakan sekarang adalah kesadaran yang tersesat. Bahwa kita _”sadar”_, sesungguhnya kita tidak (belum) sadar. Kita sudah mulai bertanya apa sesungguhnya tubuh kita dengan segala aktivitas dan sifatnya. Bentuk tubuh yang dibentuk pikiran dan persepsi kita yang salah menyebabkan kita lupa siapa sebenarnya diri kita. Kita sudah terjebak oleh persepsi kesadaran yang amat terbatas. Bahwa kesadaran yang terbangun saat ini baru taraf kesadaran terendah dan perlu dibuka untuk mencapai kesadaran lebih tinggi.

Pada awal pembahasan kita di atas, kita telah telusuri serba-serbi kehidupan manusia, tentang tujuan hidup dan kenikmatan yang dirasakan oleh kebanyakan orang. Kehidupan yang terobsesi kepada dunia materi, pada akhirnya akan tidak sampai kepada tujuan sebenarnya. Hanya kegagalanlah yang akan diraihnya. bahkan menjadi tersiksa akibat mencapai titik jenuh yang terus-menerus mendera kehidupannya.

Langkah-langkah yang berikut ini adalah untuk mengetahui kembali siapa diri kita yang sebenarnya dan mengapa kita hidup di dunia yang hanya sementara ini. Dan kalau dikalkulasi secara matematis ternyata banyak waktu yang tersia-siakan dalam hidup kita dengan banyaknya penderitaan dan perjuangan hidup yang tidak mudah. Kita hanya bisa menikmati hidup dari hasil kerja kita untuk waktu sesaat saja. Boleh dibilang lebih banyak menderitanya ketimbang enaknya. Juga kalau kita mengandalkan manfaat dari kehidupan kita, sesungguhnya kita hanyalah memberikan sedikit manfaat untuk lingkungan. Tidak sebanding menerima manfaat yang lingkungan berikan kepada kita, malah kitalah yang terkadang banyak merugikan orang-orang sekitar kita.

Berapa banyakkah waktu yang kita manfaatkan sepanjang kita hidup? Sejak kita lahir, kita hanyalah makhluk lemah yang tidak memberikan kontribusi apa-apa kepada lingkungan. Tenaga yang kita miliki, baik fisik maupun pikiran, tidak banyak memberikan arti apa-apa. Banyak yang ingin kita raih dari hasil kerja keras kita. Namun ternyata banyak yang tidak kita dapatkan, kecuali hanya kekecewaan.

Bagi kita yang memiliki kesadaran, bahwa hidup di dunia ini harus bekerja keras untuk meraih sukses agar di masa tua bisa menikmati hasilnya. Sebenarnya itu adalah cita-cita yang sia-sia, terutama kalau itu hanya terbatas mengumpulkan harta untuk dinikmati hasilnya di masa tua. Anda bisa bayangkan dalam kurun waktu yang tidak lama. Anggaplah hidup kita bisa mencapai usia 70 tahun. Di dalam waktu 70 tahun yang akan kita lalui, proses kehidupan bisa kita bagi menjadi beberapa masa. Awal masa prakanak-kanak, akhir masa prakanak-kanak, awal kanak-kanak, pertengahan masa kanak-kanak, adolsen, awal masa dewasa, pertengahan masa dewasa, akhir masa dewasa.

Kalau kita menyusun pembagian waktunya, di masa balita sekitar 5 tahun pertama, kita menjadi manusia yang paling banyak bergantung pada orangtua. Kemudian masa kanak-kanak membutuhkan waktu sekitar 7 tahun berikutnya. Pada masa ini ketergantungan kita kepada orangtua sudah sedikit berkurang disebabkan kita sudah mulai bisa mengurus diri sendiri seperti
Makan, minum, tidur, memakai baju dan celana, serta sudah memiliki komunitas bermain sendiri. Masa remaja membutuhkan waktu sampai sekitar 9 tahun. Pada masa ini, kehidupan remaja sudah memproses kemandirian hidup, walaupun masih sepenuhnya ditopang oleh orangtuanya. Masa dewasa, masa memulai hidup secara mandiri, berjuang dan memiliki otoritas secara penuh atas hak-hak hidupnya. Segala upaya untuk menjadi orang sukses dilakukan demi untuk masa tuanya. Perjuangan ini membutuhkan waktu setidaknya 20 tahun untuk meraih kesuksesan hidup secara materi.

Barangkali kita bisa menghitung, pada usia diatas 50 tahun kita baru bisa menikmati hasilnya. Kita sudah mulai santai, karena kerja keras tidak perlu lagi kita dilakukan. Mungkin tinggal menikmati hasil dari investasi yang kita miliki. Kalau memang demikian, waktu kita tinggal 20 tahun lagi kalau dihitung dapat hidup sampai usia 70 tahun. Pada masa ini, tubuh kita semakin menyusut, energi semakin berkurang. Untuk menikmati hasil kerja selama ini kita hanya dapat sekadar mencicipi, karena sudah banyak dilarang oleh dokter. Semakin mendekati usia 70 tahun, semakin tidak bisa menikmati apa-apa, karena seluruh reseptor rasa tidak mampu mengirimkan impuls ke otak dengan baik. Akibatnya, kenikmatan menjadi hilang sama sekali.

Apa yang kita simpulkan dalam keadaan seperti ini? Kita telah mengejar _fatamorgana_. Kita telah tertipu oleh kehidupan ini, jika hanya sekedar mengejar materi. Kita masih belum percaya dan baru sadar di saat-saat menjelang ajal, ketika peralatan pemacu jantung, alat bantu oksigen dan peralatan kedokteran lainnya terpasang ditubuh. Tanda bahwa sebentar lagi jiwa kita harus pergi meninggalkan tubuh yang renta dan seluruh harta benda yang kita miliki dengan rela atau terpaksa.

Renungan ini bukan untuk mematahkan semangat hidup Anda, tetapi kita mencoba menggali sesuatu yang lebih tinggi dari sekadar mencari harta benda untuk dinikmati. Ada sesuatu yang lebih besar dan lebih tinggi yang bisa kita nikmati ketika badan sudah tidak lagi mampu lagi merasakan kenikmatan materi, yaitu kenikmatan spiritual yang hanya bisa ditangkap oleh ruhani, bukan oleh reseptor telinga, hidung, lidah dan mata. Karena ketika itu, indrawi sudah tidak mampu lagi menerima rangsangan-rangsangan dari luar.

Ada rahasia yang lebih besar di luar sana. Sebagaimana kita tahu ada planet lain selain planet yang kita tempati. Atau ada waktu yang berbeda ketika kita merasa disini malam hari, di belahan bumi lainnya sedang siang terang benderang. Dan banyak rahasia lain lagi yang perlu kita ketahui. Agar kita tidak _jumud_ dan sempit memahami kehidupan ini.

disalin secara penuh dari FP Ustadz Abu Sangkan